ANALISIS KOORDINASI SISTEM PROTEKSI DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PADA PENYULANG BL 06 GARDU INDUK BLANG PIDIE
ANALISIS KOORDINASI SISTEM PROTEKSI DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PADA PENYULANG BL 06 GARDU INDUK BLANG PIDIE, Koordinasi Sistem Proteksi, Kehandalan...
Author: MUHAMMAD DINAR PRASETIA
Date: 2024
Keywords: Koordinasi Sistem Proteksi, Kehandalan
Type: Skripsi
Category: penelitian
Dalam sistem penyaluran energi listrik, sistem distribusi tenaga listrik khususnya pada jaringan SUTM, SKTM, dan gardu distribusi 20 kV dapat mengalami bermacam gangguan yang dapat mengakibatkan terhentinya penyaluran energi listrik terhadap konsumen, selain itu juga gangguan tersebut dapat mengakibatkan rusaknya peralatan listrik. Untuk meminimalisir atau memperkecil wilayah padam dan rusaknya berbagai macam komponen yang dialiri listrik tersebut akibat gangguan, maka diperlukan suatu sistem proteksi. Lebih khususnya, untuk menghindari durasi (SAIDI) dan frekuensi (SAIFI) padam pelanggan diperlukan setting relay proteksi yang baik sebagai bagian dari sistem proteksi agar bisa meminimalisir posisi dan tempat gangguan. Koordinasi pola sistem proteksi suatu jaringan dikatakan baik apabila dapat meminimalisir jumlah padam sekecil mungkin berdasarkan jarak dan letak gangguan tersebut. Namun tidak pada kondisi sistem proteksi yang ada pada kubikel di Gardu Hubung Susoh. Terhitung Sejak bulan Januari hingga November, penyulang BL 06 telah mengalami padam akibat gangguan sebanyak 15 kali dengan 13 kali proteksi tembus ke penyulang BP 01 dengan rata-rata padam 10 menit akibat gagal proteksi dari relay kubikel BL 06. Dengan padamnya BP 01, mengakibatkan pemadaman meluas terhadap BL 01 dan BL 02. Setelah melakukan perhitungan untuk sistem koordinasi proteksi dengan simulasi ETAP. Pada simulasi ETAP, urutan koordinasi proteksi sudah berjalan dengan baik dan proteksi bekerja dengan urutan yang benar sesuai setting perhitungan yang telah di input. Keuntungan koordinasi sistem proteksi yang baik adalah jika terjadi gangguan pada suatu titik jaringan distribusi, tidak mengganggu proses produksi di jaringan distribusi yang lain sehingga jumlah pelanggan padam dapat ditekan dan wilayah terdampak padam dapat dilokalisir sekecil mungkin. Kesimpulan dari hasil koordinasi sistem proteksi terpasang pada jaringan distribusi menggunakan ETAP diketahui bahwa proteksi OCR dan GFR setting existing masih kurang baik, misalnya jika terjadi gangguan pada jaringan Penyulang BL 06, maka urutan relay yang melepas kontak adalah BP 01 sehingga menyebabkan banyak pelanggan padam yang seharusnya tidak terikut padam. resetting ulang proteksi OCR dan GFR pada jaringan distribusi dapat didasarkan pada arus gangguan yang terjadi sepanjang jaringan tersebut. gangguan arus lebih digunakan untuk setting low setting dan high seting pada proteksi OCR dan GFR, untuk krarakteristik kurva menggunakan standar inverse time dikombinasikan dengan instantaneous relay. Dengan setting ulang OCR dan GFR pada jaringan distribusi, keandalan koordinasi sistem proteksi dan selektifitas urutan proteksi menjadi lebih baik dibandingkan kondisi existing sehingga terciptanya kondisi koordinasi sistem proteksi yang ideal.
Files:
LEMBAR JUDUL 1
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Collections:
Digital Library UNPAB